Langsung ke konten utama

RUKUN JUAL BELI :

Rukun Jual Beli Dalam Islam yang Wajib Muslim Ketahui

 

Rukun Jual Beli

Dalam bahasa Arab jual beli disebut al-ba'I, yang artinya mengganti, menjual, jual-beli atau tukar menukar sesuatu.

Menurut istilah jual beli adalah pertukaran barang antara penjual dan pembeli atas dasar sukarela, dengan satu akad, tanpa suatu paksaan antara kedua belah pihak.

Jual beli menurut islam tidak bisa dilakukan dengan asal saja namun juga ada rukun-rukun jual beli yang harus terpenuhi agar transaksi jual beli tersebut bisa dinilai sah dan sesuai dengan kaidah atau ketentuan islam.

Allah Subhaanahu wata'aala berfirman :

 وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ

“Dan Allah menghalalkan jual beli.” (Al-Baqarah: 275)

Apa saja rukun jual beli dalam islam?

Menurut ulama fikih, rukun jual beli dalam Islam ada tiga, yaitu:

1. penjual dan pembeli
2. benda (barang) yang diperjual-belikan
3. ijab qabul (transaksi), yaitu penjual menyerahkan barang dan pembeli menerimanya setelah membayar dengan harga yang telah disepakati bersama. Setiap rukun-rukun tersebut mempunyai syarat-syarat tertentu.

Adapun beberapa syarat dan rukun jual beli menurut Islam yaitu:

a. Syarat penjual dan pembeli

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi penjual dan pembeli, diantaranya:

1. Berakal sehat.

Orang gila atau bodoh tidak sah jual belinya, sebab ia di bawah kekuasaan walinya. (Q.S An-Nisa: 5)

2. Baligh (dewasa). 

Anak kecil tidak sah jual belinya. Dalam sebuah hadist dijelaskan: “Ada tiga golongan yang terbebas dari hukum: orang yang tidur sampai ia bangun, orang gila sampai ia sembuh, dan anak-anak hingga ia dewasa.”

3. Atas dasar kemauan sendiri.

Menjual atau membeli sesuatu atas paksaan orang lain tidak sah hukumnya. Dalam sebuah hadist dijelaskan: “jual beli itu hanya sah dengan suka sama suka.”

4. Tidak mubazir

Karena Allah telah melarangnya. (Q.S. Al-Isra’: 26-27).

b. Syarat-syarat barang yang diperjual-belikan

Barang-barang yang diperjual belikan harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Barang itu milik syah si penjual.

2. Barang itu suci.

Barang najis tidak sah diperjual-belikan, seperti arak, babi darah, dan benda-benda lain yang termasuk najis.

3. Barang itu ada manfaatnya.

Barang yang tidak ada manfaatnya, seperti jual beli semut, nyamuk, lalat dan sebagainya yang tidak sah.

4. Barang itu jelas dan dapat diserahterimakan. 

Jual beli yang barangnya tidak jelas dan tidak dapat diserahterimakan-seperti menjual ikan di laut—tidak sah. Jual beli seperti ini termasuk penipuan dan dilarang agama.

5. Kualitas barang tersebut jelas.

c. Syarat ijab dan qabul

Jual beli berlangsung dengan ijab dan qabul, terkecuali barang-barang kecil, cukup dengan saling member sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku. Menurut sebagian ulama, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam ijab dan qabul.

1. Ucapan ijab dan qabul harus bersambung.

 Artinya, setelah si penjual mengucapkan ijab, si pembeli hendaklah mengucapkan qabul.

2. Ada persesuaian antara ijab dan qabul 

Jika tidak ada kesesuaian, akad jual-belinya tidak sah.

3. Ijab dan qabul tidak disangkut-pautkan dengan yang lain.

Misalnya, si penjual berkata: “jika saya jadi pergi, saya jual barang ini sekian”. Atau si pembeli berkata: “Saya beli barang ini dengan harga sekian kalau hujan turun”.

4. Ijab dan qabul tidak boleh memakai jangka waktu.

Misalnya si penjual berkata:

“Saya jual barang ini kepada Anda dengan harga sekian dalam waktu seminggu atau sekian”.

Dalam suatu perbuatan jual beli, ketiga rukun ini hendaklah dipenuhi. Sebab apabila salah satu tidak terpenuhi, maka perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan jual beli yang sah.

Rukun Jual Beli Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama memiliki perbedaan pendapat. Menurut Mahzab Hanafi rukun jual beli hanya ijab dan kabul saja.

Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli hanyalah kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Menurut Jumhur Ulama rukun jual beli ada empat:

1.Orang yang berakad (Penjual dan pembeli)
2.Sighat (lafal ijab dan kabul)
3.Benda-benda yang diperjual belikan
4.Ada nilai tukar pengganti barang.

Zaman semakin berkembang, teknologi pun semakin maju dan banyak produk-produk yang dihasilkan dari teknologi yang membantu pekerjaan manusia, akan tetapi hal itu juga menjadi pro dan kontra.

Diantaranya dalam transaksi jual-beli yang dilaksanakan oleh manusia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya jual beli di dunia maya, contoh jual beli lewat internet, online dan lain-lain. Jual beli barang najis seperti anjing, babi, dan sebagainya.

Dalam Islam segala sesuatunya telah diatur dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah. Begitu juga dalam Al-Qur'an dan as-sunnah dan dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih.

Itulah beberapa syarat dan rukun jual beli menurut Islam yang telah disebutkan dan dijelaskan secara singkat.

Jadi sudah jelas bahwa dalam melakukan jual beli menurut Islam haruslah mengikuti dan memperhatikan beberapa syarat dan ketentuan rukun-rukunnya karena hal itu sangat dianjurkan dalam Islam.

Semoga bermanfaat!

(Ustadz Yachya Yusliha)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membawa jenazah ke kuburan

Salam, admin harakah yang terhormat, apa saja adab yang perlu dijaga dan diperhatikan saat membawa atau mengiri jenazah ke kuburun? Terima kasih Setiap orang pasti akan mengalami kematian. Kewajiban muslim yang masih hidup adalah mengurusi orang yang meninggal: mulai dari memandikan sampai mengafani. Kewajiban ini diistilahkan dengan wajib kifayah, artinya seluruh orang muslim akan berdosa bila tidak mengurusinya, dan mereka tidak berdosa bila sudah ada sebagian orang yang mengurusi jenazah tersebut. Salah satu kesunnahan saat mengurus jenazah adalah mengantarkan jenazah sampai pemakaman. Bahkan dalam hadis disebutkan pahalanya dua qirath bagi orang yang mengurus jenazah dari awal sampai proses pemakaman. Dua qirath itu disebutkan dalam hadis sebesar dua gunung yang besar. Baca juga: Berapa Helai Kain Kafan yang Dibutuhkan Saat Mengafani? Supaya apa yang kita lakukan itu sempurna, maka perlu diperhatikan beberapa adab pada saat mengantar atau membawa jenazah. Setidaknya ada tiga

DO'A KHATAM AL-QUR'AN

Doa Setelah Membaca Al-Qur'an   اَللهُمَّ ارْحَمْنِىْ بِالْقُرْآنِ. وَاجْعَلْهُ لِىْ اِمَامًا وَنُوْرًا وَّهُدًى وَّرَحْمَةً. اَللهُمَّ ذَكِّرْنِىْ مِنْهُ مَانَسِيْتُ وَعَلِّمْنِىْ مِنْهُ مَاجَهِلْتُ. وَارْزُقْنِىْ تِلاَ وَتَه آنَآءَ اللَّيْلِ وَاَطْرَافَ النَّهَارٍ. وَاجْعَلْهُ لِىْ حُجَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.   Allaahummarhamnii Bil Qur'Aani. Waj'Alhu Lii Imaaman Wa Nuuran Wa Hudan Wa Rohmah. Allaahumma Dzakkirnii Minhu Maa Nasiitu Wa 'Allimnii Minhu Maa Jahiltu. Warzuqnii Tilaa Watahu Aanaa-Al Laili Wa Athroofan Nahaar. Waj'Alhu Lii Hujjatan Yaa Rabbal 'Aalamiina.   Artinya : “Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Quran yang agung, jadikanlah ia bagiku ikutan cahaya petunjuk rahmat. Ya Allah, ingatkanlah apa yang telah aku lupa dan ajarkan kepadaku apa yang tidak aku ketahui darinya, anugerahkanlah padaku kesempatan membacanya pada sebagian malam dan siang, jadikanlah ia hujjah yang kuat bagiku, wahai Tuhan seru sekalian alam.”

MENGAPA MANUSIA BERDO'A

Mengapa Kita Perlu Berdoa Kepada Allah? Jum'at Allah  Subhanahu Wa Ta’ala  menyebutkan di dalam ayat: وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ‌ۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ‌ۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِى وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ Artinya: “Dan apabila bamba-bamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186).    Ayat ini merupakan bimbingan Allah kepada kita manusia yang penuh dengan kekurangan, kedhaifan dan kekeliruan, untuk berdoa, memohon atau meminta kepada-Nya. Pada ayat lain dikatakan: وَقَالَ رَ‌بُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُ‌ونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِ‌ينَ Artinya : Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku,